Lokasi yang terpencil serta jarak tempuh yang cukup jauh dengan akses jalan yang ekstrim itulah yang menjadikan Pantai Jonggring Saloka sepi dari pengunjung. Kondisi yang cukup ironis mengingat Pemerintah Daerah Kabupaten Malang selama ini memberikan perhatian yang sangat besar terhadap dunia pariwisata, bahkan industri pariwisata pula yang memberikan pemasukan terbesar bagi PAD (Pendapatan Asli Daerah) dari kabupaten ini.
Namun demikian bukan dalam arti tidak pernah ada upaya untuk mengangkat Pantai Jonggring Saloka sebagai salah satu tujuan wisata di Malang. Hal tersebut dapat dilihat dari keberadaan loket penjualan tiket dan pintu gerbang menuju ke lokasi wisata yang kondisinya kini sudah terbengkalai, serta beberapa bangunan seperti toilet dan rumah singgah yang sudah tinggal puing-puing. Selain itu, dalam sejarah perkembangan tempat wisata ini, menurut penuturan masyarakat, dulu pemerintah bersama penduduk setempat setiap tahunnyanya menggelar Upacara Labuhan pada setiap tanggal 14 Muharram atau pada tanggal 15 Suro dalam bentuk larung sesaji.Bagi para penggemar wayang, nama Jonggring Saloko atau Saloka tentu sudah tidak asing lagi, karena nama tersebut merupakan nama salah satu tempat di kahyangan yang menjadi tempat tinggal Batara Narada. Nama tersebut selain disematkan sebagai nama salah satu kawah yang ada di Gunung Semeru, juga menjadi identitas dari salah satu pantai yang memiliki alamat atau berlokasi di Desa Mentaraman, Kecamatan Donomulyo, kawasan Malang Selatan yang berjarak sekitar 63 km dari pusat kota Malang dan butuh waktu tempuh sekitar 2 – 3 jam.Lamanya waktu perjalanan dengan jarak tempuh yang tidak terlalu jauh tersebut disebabkan karena rute yang harus dilewati memang luar biasa sulit. Bagi mereka yang membawa kendaraan, sepanjang kurang lebih 11 km terpaksa harus berjalan merayap karena medan yang dilalui sangat terjal dan berbatu serta sangat licin pada saat musim hujan.
Itu sebabnya kendaraan yang akan diajak bertualang menuju ke pantai ini harus benar-benar prima dengan memasang ban tubles untuk motor atau menggunakan double gardan untuk yang membawa mobil agar tidak mengalami persoalan selama di perjalanan. Jangan lupa pula untuk mengisi bahan bakar hingga penuh, karena sekitar 8 km dari jalan yang dilalui tidak akan Anda temui satupun rumah penduduk kecuali batang-batang pepohonan yang berjajar di sepanjang jalan serta suasana sepi di sekeliling.Lokasi yang terpencil serta jarak tempuh yang cukup jauh dengan akses jalan yang ekstrim itulah yang menjadikan Pantai Jonggring Saloka sepi dari pengunjung. Kondisi yang cukup ironis mengingat Pemerintah Daerah Kabupaten Malang selama ini memberikan perhatian yang sangat besar terhadap dunia pariwisata, bahkan industri pariwisata pula yang memberikan pemasukan terbesar bagi PAD (Pendapatan Asli Daerah) dari kabupaten ini.
Namun demikian bukan dalam arti tidak pernah ada upaya untuk mengangkat Pantai Jonggring Saloka sebagai salah satu tujuan wisata di Malang. Hal tersebut dapat dilihat dari keberadaan loket penjualan tiket dan pintu gerbang menuju ke lokasi wisata yang kondisinya kini sudah terbengkalai, serta beberapa bangunan seperti toilet dan rumah singgah yang sudah tinggal puing-puing. Selain itu, dalam sejarah perkembangan tempat wisata ini, menurut penuturan masyarakat, dulu pemerintah bersama penduduk setempat setiap tahunnyanya menggelar Upacara Labuhan pada setiap tanggal 14 Muharram atau pada tanggal 15 Suro dalam bentuk larung sesaji.